Hidup itu warna-warni seperti pelangi sehabis hujan.
Get link
Facebook
Twitter
Pinterest
Email
Other Apps
-
"Although it felt uncomfortably vulnerable to talk about my unmet desires, I decided that if I wanted my story to tell God's story, I would have to share it."
Monsters University Image source: https://wallpaperaccess.com/monsters-university Ada yang sudah pernah nonton film " Monsters University "? Kalau belum, aku sarankan jangan membaca tulisan ini sampai habis karena akan ada banyak spoiler di dalamnya π Udah lama sebenarnya pengen nulis tentang film ini. Mmm...jatohnya bukan ke review sih ya, tapi lebih ke sharing pesan yang aku tangkep dari keseluruhan alur ceritanya. Jadi kalau mau kepo lebih lanjut, entah tentang pengisi suaranya kah, tahun rilisnya kah, atau data terperinci lainnya bisa langsung di- gugling sendiri aja yaa π --- Salah satu hal yang bikin aku menyenangi film ini adalah karena mengingatkanku akan masa-masa kuliah dulu. Inget banget gimana waktu jadi mahasiswa baru (maba): tertarik ngeliatin unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang macem-macem, dan super excited di awal-awal perkuliahan terlebih karena kuliahnya di jurusan yang diidam-idamkan (Ilmu Komunikasi), dan tinggal di tempat yang bukan rumah sendiri alias
"...the cry is the articulation of the inarticulate. ...crying is particularly appropriate when you can't put your needs or frustrations into words. It expresses that we need help, though we may not be sure what kind of help we need." Seasons of Waiting, chapter 7 page 94
"Gue gila ya?" "Gue mengidap penyakit gangguan jiwa ya?" "Gue terlalu berekspektasi ya?" "Gue terlalu bucin ya?" "Gue terlalu baperan ya?" "Kok gue ngerasa kayak jadi orang aneh bahkan di kalangan rekan, teman, atau circle terdekat sih?" ...dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan membingungkan tatkala gue ngerasa apa yang gue rasakan, alami, pikirkan, itu seperti tidak relatable dengan orang-orang lain, termasuk mereka-mereka yang, gue consider , sebagai orang-orang terdekat gue. Berkali-kali sedih dan kecewa sehingga menyalahkan keadaan serta orang-orang, ternyata gue seringkali lupa bahwa gue memang diciptakan "berbeda". Yup, masing-masing kita memang tentu diciptakan berbeda satu sama lain. Kita diciptakan dengan "spek" -nya masing-masing dan gak ada satupun manusia yang identik dengan seorang manusia lainnya. Ketika gue menyadari bahwa gue memiliki kepribadian INFJ menurut alat ukur kepribadian yang
Rejection/penolakan itu merupakan bagian dari hidup. Jadi, di tahun 2023 ini gue mau pelan-pelan belajar bagaimana menghadapi penolakan (dalam konteks apapun), tanpa harus menyalahkan diri sendiri, tanpa harus merendahkan diri secara negatif, melainkan dengan cara yang lebih sehat. Gimana maksudnya? Ubah mindset dan sudut pandang. Ketika ngeliat penolakan menjadi bagian dari hidup, itu artinya penolakan gak bisa terhindarkan kan? Berartiii, sebenarnya kita bisa punya banyak peluang untuk mencoba. Kalo penolakan ada, berarti di peluang lainnya ada juga penerimaan. Dan dari apa yang gue pelajari serta imani akhir-akhir ini, gue bisa memilih untuk memfokuskan hati dan pikiran pada sebuah Sumber penerimaan dan Kasih sejati yang menerima gue apa adanya tanpa pamrih. Semoga bisa pegang teguh kepercayaan dan iman ini, jadi ke depannya gue bisa percaya diri untuk melangkah tanpa takut lagi sama yang namanya: PENOLAKAN, meskipun mungkin aja masih tetap akan terjadi dalam hidup gue :)
I often thought that I'm the most anxious and easy-to-panic person when it comes to playing piano in a new community & environment. But yesterday, I proved it wrong. Dad is the most "deg-degan" and easy-to-forget person after all π€£π€£π€£ ...and he would depend on me to remember all the music arrangement and help him ππ Sometimes it's beautiful to see this kind of love-hate-relationship with my father. It's like...bapak gue nyebelin banget! ...tapi yah gimana gue juga sayang sebagai anak yekan...
Hilang semangat, hilang gairah, semacam...kayak udah ga punya motivasi untuk ngerjain apapun. Termasuk mengerjakan/melakukan hal yang gue senangi. Lately gue lagi ngerasa lonely banget. Gue kayak gak punya siapa-siapa, gatau mau numpahin unek-unek kemana, kehilangan semangat untuk hidup. Triggernya mungkin bisa macem-macem. Salah satunya mungkin dari keinginan gue untuk punya leader, baik leader di kantor, maupun leader rohani. Gue punya keduanya, tapi gue gak ngerasa fungsinya. Gue tetep aja ngerasa sendirian dan leaderless. Iya, gue paham makin dewasa gue memang makin harus mandiri. Tapi gak gini juga. Gak dibiarinin juga. Gak dianggurin juga. Gatau ya terlepas dari mereka mungkin gak ngerasa nganggurin gue, mungkin mereka ngerasa biasa aja, tapi gue tetep sendirian. Gue gak punya pegangan seorang pemimpin yang bisa ngobrol/brainstorming seputar dunia marketing sama gue. Day by day gue mencoba untuk bertahan, kuat, untuk fighting seorang diri. Makin kesini makin capek. Gak sanggup. L
Gue suka bingung dan gak paham deh sama orang-orang yang suka bilang: "nanti Tuhan perlengkapi kok". Bukannya gue gak percaya dengan statement itu, tapi dalam beberapa konteks, gue sensing kayak ada tendensi untuk 'meremehkan' fakta bahwa manusia juga kudu berusaha. Iya, bener, Tuhan bisa membuat manusia bekerja dengan seajaib mungkin hanya dalam sekejap mata, tanpa perlu adanya melatih diri sendiri, memperlengkapi diri dengan skill-skill yang mumpuni, cuman...sampai pada taraf tertentu kok gue ngeliatnya bisa menimbulkan kesan 'malas' ya? Padahal gue yakin kok manusia dipanggil untuk berusaha juga. Hasilnya yang memang gak pernah bisa ada di dalam kontrol kita. Jadi gue suka bingung gitu kalo ada orang yang, well mungkin ini yang dinamakan beriman kali ya idk, suka bilang: "kita ini manusia yang gak akan pernah siap untuk melakukan apapun. Jadi ketika Tuhan bilang dan suruh kita melakukan sesuatu, ya lakukan aja." Iya iya bener sih ya, kedengarannya
Waktu fresh graduate: "Belum banyak pengalaman." "Skill belum mumpuni." "Masih harus banyak belajar." Waktu udah punya pengalaman 7 tahun kerja: "Over-qualified." "Budget salary-nya gak masuk." "Expertise kamu ketinggian." Intinya yah, kalo emang gak jodoh ya gak jodoh aja π Gak melulu karena kitanya "gak bisa kerja" atau under-qualified. Sama aja sih kayanya konsepnya dengan cari jodoh a.k.a. pasangan hidup. Bedanya, kalo berkarir masih bisa resign, kalo jodoh pasangan hidup kagak bisa resign π
Comments
Post a Comment
Thank you for your comment! :D